5 Mitos Seputar Masturbasi, Ternyata Ada Benarnya Juga Loh !

By Unknown → Rabu, 30 Oktober 2013
Onthespotv7.com - Masturbasi sepertinya sudah menjadi hal yang biasa dilakukan pria. Tidak sedikit pula mitos seputar masturbasi yang membuat pria takut, seperti dapat menyebabkan dengkul kopong hingga ukuran kelamin memendek. Benarkah demikian?

Berikut beberapa hal yang sering ditakutkan pria dari masturbasi, seperti dikutip dari detikHealth.

1. Mitos Seputar Masturbasi - Masturbasi bikin dengkul kopong

akibat-masturbasi
lustrasi (Foto: Thinkstock)
Tidak ada batasan yang pasti tentang seberapa sering pria boleh masturbasi. Meski dipengaruhi banyak faktor termasuk usia, ada beberapa pendapat yang menyebut frekuensi ideal untuk ejakulasi adalah 2-3 kali seminggu baik melalui masturbasi maupun hubungan seks yang sesungguhnya.

Bila berlebihan, ada yang percaya bahwa masturbasi bisa menyebabkan nyeri pada lutut atau dikenal dengan dengkul kopong. Namun hal tersebut dibantah oleh banyak para ahli.

"Tidak benar bila onani bisa membuat lutut kopong, itu hanya mitos. Lutut kopong lebih karena masalah gangguan di sendi sedangkan tinggi badan tergantung dari gizi, aktivitas selama masa pertumbuhan serta faktor genetik," jelas Dr. Andri Wanananda MS, dalam konsultasi kesehatan detikHealth.

2. Mitos Seputar Masturbasi - Masturbasi bikin tulang berbunyi

akibat-masturbasi
lustrasi (Foto: Thinkstock)
Selain membuat dengkul kopong, banyak juga pria yang percaya bahwa kebanyakan masturbasi bisa membuat tulang berbunyi. Lagi-lagi itu hanya mitos. Masturbasi tidak ada kaitannya dengan tulang.

Masturbasi tidak berdampak pada nyeri pinggang dan bunyi lutut ketika diayun. Kemungkinan nyeri tersebut karena nyeri otot (myalgia) atau pengapuran persendian tulang (osteoarthrosis).

3. Mitos Seputar Masturbasi - Masturbasi bikin kelamin memendek

akibat-masturbasi
lustrasi (Foto: Thinkstock)
Ini juga banyak dipercaya pria. Tapi para ahli mengungkapkan hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa masturbasi bisa membuat ukuran penis berubah lebih kecil atau justru membesar.

Secara kesehatan seksual, masturbasi merupakan kegiatan yang paling sehat serta tidak berisiko daripada melakukan hubungan seks pranikah. Dan ukuran penis tidak bisa berubah dengan cara dipijat atau melalui masturbasi.

"Masturbasi tidak akan membuat ingatan berkurang, lutut kopong atau Mr P jadi pendek. Itu hanya mitos," tegas Dr Andri

4. Mitos Seputar Masturbasi - Masturbasi bikin jerawat

akibat-masturbasi
lustrasi (Foto: Thinkstock)
Masturbasi bisa menyebabkan jerawat merupakan salah satu mitos seputar jerawat yang sudah dipercaya sejak dulu. Tapi yang benar, masturbasi bukanlah penyebab jerawat.

Meskipun hormon seks testosteron merupakan penyebab utama dari jerawat, tetapi terlibat dalam aktivitas seksual tidak memberikan pengaruh pada apa-apa jerawat.

Mitos ini banyak dipercaya karena jerawat pertama kali muncul selama masa pubertas. Pubertas juga merupakan saat yang sama ketika kehidupan seksualitas dan perasaan seksual mulai timbul. Tapi meskipun keduanya mungkin muncul pada waktu bersamaan, jerawat dan kehidupan seks tidak saling berpengaruh.

5. Mitos Seputar Masturbasi -  Masturbasi bikin kepala botak

akibat-masturbasi
lustrasi (Foto: Thinkstock)
Cukup banyak pria yang mengalami kebotakan. Ada pula yang menganggapnya sebagai akibat dari kebanyakan masturbasi. Untuk anggapan tersebut ternyata ada penelitian yang membuktikannya. Masturbasi yang kelewat sering dapat menyebabkan terlalu banyak testosteron yang dikonversi menjadi DHT (dihydrotestosterone). Dan telah banyak penelitian yang membuktikan bahwa kebotakan pada pria secara langsung berhubungan dengan jumlah DHT di dalam tubuh.

DHT (Dihydrotestosterone) diproduksi dari hormon pria testosteron oleh aksi dari enzim 5 alpha reductase. Ketika testosteron bereaksi dengan enzim 5-alpha-reductase, yaitu enzim yang ditemukan dalam sel-sel dari folikel rambut kulit kepala, maka testosteron akan dikonversi menjadi DHT.

DHT diproduksi di beberapa area tubuh, tetapi terutama dalam hati dan kulit (termasuk rambut). Banyak faktor yang meningkatkan produksi DHT dalam tubuh, seperti stres, genetika, hormon, dan stimulan tertentu.

Turunan dari testosteron ini mempengaruhi pertumbuhan rambut dengan cara mengikat reseptor dalam sel-sel folikel rambut. Ketika ini terjadi, folikel rambut diinduksi untuk memproduksi rambut tipis dan lebih rentan terhadap kerontokan rambut.